Blogger Widgets

Pages

Minggu, 03 Februari 2013

Cerpen

Meraih Impian

Tanaman hijau di persawahan membuat hati tenang melihatnya. Dedaunan pun  melambai-lambai mengiringi sore itu. Persawahan sore itu, dihiasi oleh seorang lelaki paruh baya. Beliau sesosok lelaki pekerja keras dalam menghidupi keluarganya. Pak Ahmadlah namanya.  Beliau mempunyai 3 anak yakni Zaki, Eva, dan Hanifah. Zaki, anak pertamanya sedang berada di bangku SMA, sedangkan Eva dan Hanifah keduanya masih mengenyam pendidikan di Sekolah Dasar. Mereka hanyalah keluarga sederhana yang tinggal di kampung kecil. Mereka ditinggal seorang ibu kepangkuan Tuhan ketika Zaki  berumur 12 tahun.
Suara Adzan maghrib telah berkumandang. Keluarga pak Ahmad segera melaksanakan kewajiban. Setelah sholat mereka bersantai di teras duduk disebuah bangku terbuat dari pohon bambu.
"Pak, 1 bulan lagi aku sudah lulus SMA." Ucap Zaki.
" Ya nak, semoga kamu lulus dengan nilai yang memuaskan." Doa ayahnya.
" Aku ingin melanjutkan kuliah Pak." Kata Zaki.

Sesaat kemudian bapaknya hanya terdiam merenung setelah Zaki berbicara ingin kuliah. Ketika itu Zaki beranjak dari duduknya sembari izin untuk ke kamar mandi. 
            "Pak!" Eva memanggil.
"Iya." Jawab Pak Rahmat.
"Kenapa Bapak diam saja?" Tanya Hanifah.
"Tidak apa-apa." Jawab Pak Ahmad sambil memakan pisang goreng.
Suara ayam berkokok telah terdengar. Zaki pun bangun lebih awal karena harus mencari makanan untuk binatang ternaknya yaitu sapi. Zaki tergolong anak yang rajin. Setiap pagi harus cari makanan untuk sapi, sekolah pulang sekolah harus berjualan es lilin keliling kampung. Dia adalah tipe pekerja keras sifat yang temurun dari bapaknya.  
Jarum jam menunjukkan pukul 06.30 Zaki bergegas berangkat sekolah.
"Pak, saya berangkat dulu, assalamualaikum." Pamit Zaki.
"Ya, sekolah yang benar nak, waalaikumsalam." Jawab bapaknya.
Zaki melangkahkan kaki sejauh 500 cm dari tempat ia menuntut ilmu. Budi Mulya namanya. Sekolah paling bagus dikampungnya dan sulit untuk masuk sekolah Budi Mulya. Walaupun Budi Mulya sekolah paling bagus tetapi teknologinya masih sangat minim karena tidak ada biaya untuk membeli peralatan tersebut. Tetapi masalah prestasi dalam bidang yang lain Budi Mulya tak pernah ketinggalan. Termasuk Zaki salah satu peraih-peraih karena Ia tergolong anak yang cerdas dan mempunyai pemikiran yang luas.
Suara lonceng terdengar keras. Dengan kelelahan Zaki langsung duduk dengan nafas yang terdengar hebat. Guru pun masuk ke kelas dengan membawa map yang berisi kertas-kertas putih.
" Assalamualaikum, selamat pagi." Sapa guru.
"Waalaikumsalam,  pagi Bu." Jawab Murid.
"Hari ini kalian akan menerima lembaran-lembaran kertas yang isinya perguruan tinggi mana yang ingin kalian tuju." Penjelasan guru.
Guru pun membagikan kepada masing-masing murid. Mereka pun larut untuk mengisi lembaran tersebut. Tetapi Zaki menyangga kepala sambil berfikir.
"Aku ingin ke UI tetapi bapakku tidak mengizinkan" kata hatinya
Setelah berfikir beberapa menit ia tetap menuliskan UI sebagai perguruan tinggi yang ia pilih karena ia percaya melakukannya.
Satu bulan telah terlewati saatnya pengumuman hasil UN-pun tiba dan Zaki mendapat nilai yang terbaik. Dia pun sangat bahagia dan langsung memeluk bapaknya yang pada saat itu mengambil hasil pengumuman. Bapaknya pun menitikkan air mata. Beliau merasa bangga dengan prestasi-prestasi yang dicapai anaknya tetapi disamping itu ia merasa sedih karena sudah tidak sanggup lagi untuk membiayai Zaki kuliah karena harus membiayai kedua anak perempuannya.
Masa-masa SNMPTN sudah didepan mata. Zaki dengan hati yang mantap ia mengikuti tes di perguruan tinggi yang diinginkan dengan memilih jalur Bidik Misi dengan harapan ia bebas dari biaya kuliah dan mendapatkan biaya hidup.
Kini telah tiba pengumuman SNMPTN dengan hati berdebar Zaki dan temannya Adi pergi ke warnet untuk melihat hasilnya.
Zaki mulai mengetik website UI dan hasilnya ia diterima di Universitas Indonesia jurusan Pendidikan Informatika TI (Teknologi Informatika). Ia mengambil jurusan tersebut karena ingin memperdalam ilmu yang sedikit ia dapatkan di masa SMA dan mengamalkan ilmunya dimasyarakat agar tidak ketinggalan perkembangan teknologi.
" Zak, selamat ya." Ucap Adi.
" Kamu juga ya." Ucap balik.
Dengan tersenyum lebar mereka keluar dari bilik dan segera membayar. Dengan cepat Zaki mengayuh sepeda agar segera sampai di rumah untuk memberikan kabar baik ini untuk bapaknya.
"Bapak, aku diterima di UI." Teriak Zaki dari luar.
"Alhamdulillah, duduk dulu Zak!" Ajak bapaknya.
" Zak, Bapak bersyukur kamu diterima tapi bapak minta maaf sudah tidak membiayai kamu hanya doalah yang bapak berikan kepadamu." Ucapan Pak Ahmad.
"Iya Pak, doa lebih dari segalanya, Zaki masuk UI juga dapat beasiswa bebas biaya kuliah dan mendapatkan biaya hidup jadi bapak tidak usah memikirkan masalah biaya." Jawabnya.
"Iya tapi kamu tidak boleh santai-santai walaupun semua terjamin kamu harus bekerja keras untuk tabunganmu." Nasihat bapaknya.
"Baik pak, seminggu lagi saya akan beerangkat untuk PTMB." Ucapnya
"Baiklah, kamu hati-hati di sana." Jawab bapaknya.
Zaki menuju kamarnya untuk istirahat.
Hari senin telah datang, satu minggu telah terlewati. Pagi itu matahari bersinar terang bak hati Zaki yang bergembira riang. Pak Ahmad dan kedua adiknya mengantar Zaki ke terminal untuk berangkat ke Jakarta.
Bus tujuan Jakarta pun sudah datang pertanda Zaki harus berpisah untuk sementara dengan kelurganya. Dengan langkah pasti Zaki masuk ke dalam Bus.
"Pak, saya berangkat dulu doakan saya sukses." Pamit Zaki.
"Hati-hati Bang." Teriak kedu adiknya.
Bus berjalan dengan perlahan-lahan dan tangan kedua tangan Eva dan Hanifah melambai-lambai. Perlahan bus itu hilang ditelan belokan-belokan jalan.
Keesokan harinya pagi-pagi sekali ia bangun paling awal dari teman-teman barunya. Hal itu sudah menjadi rutinitas Zaki jadi tidak terlalu sulit untuk melakukannya.
Ia pun datang pagi-pagi ke kampus. Ia berputar-putar mengelilingi gedung fakultas pendidikan. Tiba-tiba ada seorang cewek yang menghampirinya. Mereka pun berkenalan satu sama lain.
 "Hai….nama sampean sapa?" Sapa Zaki dengan lugu.
            "Maksud loe nama apa?"
            "Ya, nama kamu."
            "Ooh…namaku Husna. Loe darimana sih?" Sahut Husna.
            "Aku tadi dari kamar mandi."
"Aduuuh….bukan itu maksud gue. Tapi…Loe berasal dari daerah mana?"
"Owalah…ya bilang to mbak dari tadi."
"Gue kan udah bilang dari tadi."
"Iya iya. Aku itu anak ndeso.
"kamu ambil jurusan apa?." Tanya Husna.
"Aku ambil jurusan Informatika. Jawab Zaki.
"Wah, berarti kita sama."Sahut Husna.
Mereka saling berbincang dengan panjang lebar sambil duduk dibangku panjang bawah pohon beringin yang terasa sejuk dengan semilir-milir angin kota Jakarta.
" Zak, aku minta PIN BB mu dong?" Tanya Husna.
"Aku aja tidak punya HP Husna." Jawab Zaki.
Husna hanya tersenyum dan menggerutkan dahi karena masih ada zaman sekarang yang tidak punya HP.
Setelah sekian lama berteman dengan baik, merekapun saling berdikusi tentang mata kuliah yang belum mereka pahami karena Zaki sangat mahir dibidang selain IT. Sedangkan Husna adalah mahasiswa yang paling pandai mengoperasikan alat teknologi yang telah mereka hadapi di masa-masa kuliah. Dari pertemanan yang sudah berjalan satu minggu itu mereka mempunyai agenda yaitu setiap satu minggu mereka akan bertemu di suatu tempat untuk berdiskusi atau belajar kelompok unuk memecahkan suatu masalah atau menciptakan suatu yang baru.
            Beberapa menit kemudian, mereka berdua sedang asyik belajar bersama di dalam kelas, Tiba-tiba datanglah dua orang cewek yang muncul dari arah selatan kelas sebelah. Sebenarnya dua cewek tersebut belum saling kenal, tapi entah mengapa dua cewek tersebut dengan wajah yang penuh amarah berdiri di tengah pintu dengan mengeluarkan kata-kata yang kurang baik untuk Zaki. Dua cewek tersebut bernama Irma dan Mifta.
Mereka berdua langsung bicara keras dengan berpasang wajah sangat menyeramkan seperti harimau yang sedang mengaum. Haha.
"Hei…Kamu ini anak mana sih! Kok kelihatannya Kamu gaptek banget." Sentak Irma.
"Aku anak Kediri. Oow iya..Gaptek itu apa to?" Respon Zaki dengan agak takut.
"Haduuh….pantesan aja lah, ternyata Kamu anak ndeso ya." Jawab Irma.
Mifta menambahnya dengan centil, "Gaptek itu gagap teknologi maksudnya ya kamu masih belum bisa mengoperasikan alat-alat komunikasi yang sudah canggih seperti ini, dan kata kasarnya kamu itu "KETINGGALAN JAMAN!!"
Anak-anak yang lain pun tersentak diam ketika Mifta berteriak dengan keras.
"Hai, kampus kita terdapat mahasiswa "gaptek". Olok Mifta.
"Masak, Universitas terbagus seantero Negara Indonesia bisa memilih mahasiswa seperti dia." Tambah Irma.
Dengan bibir mencibir kedua cewek tersebut meninggalkan kelas Zaki dan Irma lalu  pergi dengan menutup pintu secara keras. Beberapa menit kemudian Zaki dan Husna keluar dari ruangan tersebut lalu ngobrol-ngobrol di taman kampus.
"Kamu yang sabar ya Zak.Memang Irma dan Mifta itu anaknya seperti itu. Kasar dan suka tega terhadap teman." Tutur Husna pada Zaki.
"Iya Hus..aku belajar sabar dengan apa yang aku hadapi seperti ini. Makasih ya sudah mau memberi saran padaku." Jawab Zaki dengan tersenyum.
"Eeh, betul juga apa kata Irma?" Tanya Zaki
"Sudahlah dibalik itu semua kan kamu punya banyak kelebihan yang lain."Jawab Husna.
"Sudah tidak usah difikirkan kamu masuk ke sini kan juga mengikuti seleksi yang bisa mengalahkan banyak anak yang lain." Tambah Husna.
Setelah itu mereka langsung menuju ke tempat parkir untuk mengambil sepedanya masing-masing dan pulang ke kos.
        Suatu hari dosen yang mengajar Zaki tidak bisa hadir karena mengemban tugas dari rektor untuk mengikuti seminar di luar kota dalam satu minggu kedepan. Dalam kurun waktu satu minggu, dosen tersebut menyuruh mahasiswanya untuk mencoba membuat alat yang super canggih tetapi minimalis. Pada keesokan harinya, Husna membawa IPAD. Dengan pedenya Zaki bertanya-tanya tentang alat itu.
"Hai Husna, ini alat apa?" Tanya Zaki dengan penasaran.
"Ooh…ini alat untuk mengerjakan tugas-tugas dan bisa di bawa ke mana-mana." Jelas Husna.
"Kamu ingin mencobanya?" Tanya Husna lagi.
"Canggih ya. Hehe….ya pingin sih, tapi...kalau nanti aku tidak bisa mengoperasikan terus tiba-tiba rusak gimana?" 
Husna menjawab dengan lembut "Kamu pasti bisa kok Zak, coba aja nggak apa."
"Eemb…tidak usah aja deh." Jawab Zaki dengan ragu.
Sekitar pukul 15.00 Zaki sampai di kosnya. Dia langsung mandi dan setelah itu berbaring di kamar tidurnya. Ternyata  dia sedang melamun dan memikirkan tugas yang diberikan oleh dosennya beberapa hari yang lalu. Tiba-tiba dia menemukan sebuah ide dan berinsiatif untuk membuat sebuah buku elektronik yang bekerja seperti IPAD, namun terisi pelajaran-pelajaran. Yaitu dapat membantu pelajar untuk menyerap pelajaran dengan mudah. Jika ingin menulis, mereka hanya perlu berbicara dengan jelas ke arah speaker. Dan secara otomatis buku elektronik tersebut mencetak kalimat tersebut menjadi tulisan dalam buku elektronik.
      Hal pertama yang dilakukan oleh Zaki adalah mencari tahu bagaimana cara kerja IPAD, juga struktur-struktur yang ada di dalamnya kemudian dia mencari tahu tentang bagaimana kerja suara dalam kinerja alat elektronik. Begitu selesai Zaki mulai mencari bahan-bahan yang dibutuhkan, dari membeli IPAD bekas, clup micro, speaker micro, dan lain-lain.
      Dibantu oleh temannya Husna, Zaki mulai merakit alat buatannya tersebut. Dalam waktu satu minggu alatnya sudah jadi sekitar 50%. Dosennya sangat tertarik dengan alat buatan Zaki, dan dosen pun merekomendasikan alat buatan Zaki ke kampus untuk dibantu biaya penelitian hingga alat tersebut dapat dioperasikan.
"Kamu dapat ide untuk membuat ini darimana?" Tanya dosen pada Zaki penasaran.
"Waktu itu saya lihat teman saya Husna membawa benda yang namanya IPAD. Saya sangat kagum dengan benda tersebut Pak, karena saya fikir benda itu begitu canggih, alatnya kecil, mudah dibawa kemana-mana, dan bisa diisi dengan berbagai file-file penting. Jadi saya berfikir mungkin jika alat tersebut diciptakan akan sangat menguntungkan. Apalagi untuk para pelajar ataupun mahasiswa hanya perlu membawa satu alat yang sudah ada berbagai materi-materi pelajaran. Dengan alat ini akan mencetak suara menjadi tulisan." Jawab Zaki dengan jelas.
Dosennya manggut-manggut "Lalu bagaimana dengan biaya tentang ide kamu itu?"
"Itu dia Pak, masalah yang saya hadapi. Saya keterbatasan biaya untuk merealisasikan ide saya." Jawab Zaki.
     Tentang ide Zaki itu sudah menyebar ke seluruh mahasiswa di kampus Zaki kuliah. Teman-teman Zakipun banyak yang terkejut dan tidak percaya dengan ide Zaki itu. Pasalnya Zaki sudah terkenal sebagai mahasiswa yang gaptek.
"Heh anak desa!! Denger-denger kamu yang punya ide itu ya. Emangnya kamu bisa??" Kata Irma dengan sinis.
"Ya jelas nggak bisa lah. Anak desa mana mungkin bisa buat karya seperi itu." Ledek Mifta.
            "Ide sih boleh ada, tapi buat alatnya mana bisa." Tambah Mifta.
"Iya, itu memang dari ide aku. Aku memang anak desa. Jangan mentang-mentang kalian anak kota, kalian bisa menghinaku seperti ini." Bantah Zaki.
"Ok! Kita nggak akan menghina kamu lagi kalau kamu bisa bikin alat itu." Ucap Irma menantang.
"Baik akan ku buktikan kalau aku bisa buat alat itu." Jawab Zaki lalu meninggalkan Irma dan Mifta.
Selama beberapa hari Zaki terus berfikir bagaimana mendapatkan dana. Dia pun mendapat ide mengajukan proposal ke kampusnya untuk membantu biaya penelitian alatnya. Namun, malang nasib Zaki. Proposal itu ditolak oleh pihak kampus. Namun dosen Zaki tetap berada di pihak Zaki. Dosen itupun hanya bisa memberi support pada Zaki.
"Husna. Proposalku ditolak oleh pihak kampus." Kata Zaki dengan wajah pasrah.
            "Kamu yang sabar ya. Kamu jangan nyerah." Hibur Husna.
            "Aku bingung. Aku bisa dapat uang untuk membuatnya darimana?" Ujar Zaki.
            "Gimana kalau kamu kerja." Saran Husna.
"Aku sempat berfikir untuk kerja, tapi aku gak tau aku harus kerja apa." Jawab Zaki bingung.
"Kebetulan banget. Omku baru aja buka restoran. Dia lagi butuh pelayan. Kamu mau gak jadi pelayan?" Tanya Husna.
            "Iya aku mau. Aku mau kerja apa saja buat bisa dapat duit." Jawab Zaki.
      Akhirnya Zaki bekerja sebagai pelayan setelah pulang dari kampus sampai malam. Hasil dari bekerja ia sisihkan untuk ditabung. Setelah uangnya dirasa cukup ia segera membeli bahan-bahan yang dibutuhkan. Ia mulai mengotak-atiknya ketika ada waktu luang. Ia begitu bersemangat. Ia ingin membuktikan kepada semua orang bahwa ia bisa membuatnya dan ingin orang tuanya bangga atas prestasinya.
      Akhirnya dalam kurun waktu dua bulan sebuah buku elektronik itupun jadi. Dosennyapun sangat tertarik dengan alat itu dan sangat senang ketika Zaki berhasil membuatnya.
Karena Zaki terkenal sebagai mahasiswa yang gaptek beberapa mahasiswa tidak percaya dengan hasil buatannya. Mendengar gosip itu Zaki langsung bergegas ke rumah dosennya dan meminta solusi bagaimana agar dia bisa membuktikan bahwa dialah yang membuat alat itu.
"Baiklah. Saya yang akan mengurus ini semua. Kamu gak usah khawatir dengan teman-temanmu." Jawab dosen dengan santai.
            "Ya sudah Pak. Terima kasih banyak ya Pak." Jawab Zaki.
Tepat tiga minggu berlalu hasil karya Zaki dipertontonkan di halaman kampus untuk uji coba apakah berhasil atau tidak. Ternyata semua itu memuaskan. Semua teman-temannya yang menyepelekan Zaki kini mereka semua bertepuk tangan atas hasil karya yang diciptakannya.
Berjalannya waktu, tidak terasa ia sudah semester akhir dan ia tetap bertahan sebagai mahasiswa yang berprestasi dan berpengetahuan tinggi. Karena hal ini, Zaki dijuluki sebagai master teknologi di kampusnya dan julukan manusia gaptek kini hilang lenyap bak ditelan bumi. Zaki hanya tersenyum ketika ia dijuluki sebagai master. Ia pun juga sebagai asisten dosen.
"Jurusan pendidikan informatika memang tidak salah aku pilih tapi aku tidak boleh bangga karena perjalanankku masih panjang. Aku belum mewujudkan keinginanku aku ingin mengubah image masyarakat desaku sebagai manusia gaptek ."Gumamnya. 
Keesokan harinya ketika Zaki diruang kampusnya, tiba-tiba ada salah satu temanya yang memanggil dan memberitahunya bahwa ia dipanggil ke ruang dosen. Pada saat itu pula Zaki ditanya-tanya tentang perkuliahan dan pekerjaan. Tidak lama kemudian, Zaki mandapat tawaran beasiswa untuk melanjutkan S2 nya di Australia karena berhasil menciptakan teknologi yang canggih. Selain itu, Zaki juga berkeinginan untuk bekerja. Hal itu diberikan waktu 5 hari oleh dosen untuk memberi keputusan. Zaki pun menyetujuinya dan mereka telah bersepakat.
Dalam kurun waktu 4 hari dia berfikir jernih karena ini menyangkut masa depannya dan untuk mengubah kehidupan keluarganya.
Lima hari telah usai tepat hari senin ia dipanggil dosen dan Zaki memutuskan untuk tidak menerima tawaran tersebut. Dia ingin pulang kampung untuk mengabdikan dirinya kepada keluarga dan masyarakatnya.
Sesampai dikampung, Ia membuka sekolah kecil berbasis IT. Selang waktu 2 Tahun sekolah tersebut berkembanng dengan pesat dengan meraih beberapa prestasi-prestasi. Sungguh bangga Zaki karena harapannya bisa terkabulkan.
Kini ia bisa mengubah hidup keluarga dan menciptakan alat-alat yang canggih. Dan membiayai kedua adiknya hingga S2. Kedua adiknya pun mengambil jurusan Teknik Informatika. Zaki pun juga bisa mengubah masyarakat desanya yang dahulu ketinggalan perkembangan teknologi kini mereka sudah pandai mengakses berbagai informasi dari bidang IT.
Teknologi memang sangat dibutuhkan bagi kehidupan dan tanpa teknologi kita miskin informasi. Dengan teknologi pun kita dapat mengubah nasib.

0 komentar:

Posting Komentar

 
animasi bergerak gif